PAGES

Jumat, 27 Maret 2015

Presence

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), . . . " 
(Q.S An-Nisa:34)
Sampai saat ini saya masih meyakini kalau Bapak dan Ibu itu punya pembagian tugas masing-masing, yaitu Bapak mencari nafkah di luar rumah karena memang lelaki diciptakan dengan energi yang lebih dari perempuan, dan si Ibu bertugas sebagai manager rumah tangga termasuk anak-anaknya. Itu kondisi ideal yang saya yakini, karena memang pembagian tugas jangan sampai tumpang tindih dan akhirnya ada satu sisi yang ga ter-handle dan akhirnya bermasalah. Singkatnya, harus ada yang standby di rumah untuk me-manage semuanya agar berjalan dengan lancar, terutama perihal perkembangan dan pendidikan anak. Dari sini akhirnya saya menyatakan: "Udah paling bener jadi IRT, anaknya pasti jadi bener!"
dan pernyataan itu pun PATAH akibat dari fakta-fakta di bawah ini -___-'
  • Ibunya IRT, sibuknya pengajian-- anaknya kena narkoba.
  • Ibunya IRT, sibuknya arisan-- anaknya jadi preman.
  • Ibunya business woman, sibuknya jgn ditanya-- anaknya calon ga naik kelas.
  • Ibunya bankir di Bank Swasta terkemuka, sibuknya tak terkira-- anaknya baik-baik aja aman damai berprestasi
  • Ibunya menjabat di sebuah lembaga pendidikan tinggi di Indonesia, sibuknya ga ngerti lagi-- anaknya manis-manis dan membanggakan
hahaha.. gmn menurut ngana?
Saya jadi inget pernah ngepost tentang Damba yang anak tunggal, ortu supersibuk, dan hidupnya full facility tapi anaknya gak macem-macem dan cenderung membanggakan.
Jadi pernyataan selanjutnya adalah "Ibunya IRT gak menjamin anaknya akan bener -_- dan ibunya sibuk gak menjamin anaknya akan jd gak bener"
Akhirnya saya menemukan satu kata kunci penting dari kondisi ini, yaitu:
"Presence"
"KEHADIRAN". Mau ibunya kerja atau nggak, yang penting si Ibu ini harus HADIR secara fisik, mental, spiritual.
Walaupun si Damba ini ibunya sibuk banget, tapi selalu in-touch walaupun via telepon atau teks.
Terus jadi inget juga sama si Bunga (bukan nama sebenarnya :p), temen saya dari SD. Itu dia ibunya wanita karier, tapi ni anak bohong aja takut banget sama ibunya, ga pernah pulang malem karena ga boleh, dan sempet denger langsung jg dari Ibunya kalau Beliau ini ga pernah putus doain si Bunga dimanapun. Walaupun lagi kerja di kantor tiba2 inget Bunga ya langsung kontak ke rumah *dulu anak kecil blm punya HP cyinn. (baru sadar, jadi si Bunga ini emang ga ada celah buat maksiat sih seinget gue, ibunya biar jauh di kantor tapi si Bunga ini takut banget sama emaknya. hahaha. Ini efek amal dan perbuatan Ibunya jg sih pastinya!) Sekarang si Bunga udah jd S.H dan lg dalam proses mau jd Notaris juga kayak Ibunya.
Jadi mau ibunya IRT atau wanita karier itu gak ngaruh sama jadi bener atau nggak-nya si anak. Yang penting adalah kehadiran Ibu secara fisik, mental dan spiritual buat si anak. Ketika secara raga hadir di sisi Anak ya hadirlah sepenuh jiwa untuk si Anak (misal: jgn ngurus kerjaan ato arisan via gadget), dan ketika raga tidak dapat hadir di sisinya hadirkan jiwamu dalam bentuk perhatian dan doa untuk anakmu (misal: always get in-touch by phone or text, sekarang lebih canggih bisa free video call jadi anaknya makin gada celah buat bokis. wkwkwk).
Dari tadi yang saya sebut-sebut Ibu aja bukan berarti Bapak ga punya kewajiban ngedidik anak lho yaa, bareng-bareng tapi membagi tugas berdasarkan Amanah prioritas.
Karena saya tau jadi orang tua itu amanah yang gak mudah,
CMIIW.
Salaam :)
_____________________________________________________________________________________________________
This post is dedicated to my beloved ibu-ibu:
Bunda Bian, Bunda Afka, Ummi Dimi, Ummi Juna, Mama Sabil, Bubu Nino, Ibu Zeyhan, Mama Jasmine.